PENDAHULUAN
Alat
penukar kalor di industri – industri perminyakan atau kimia, tidak selamanya
dapat beroperasi dengan baik. Alat penukar kalor lebih rentan untuk mengalami
kerusakan di karenakan bahan kimia yang diproses (ammonia) yang bersifat korosif
bila bersentuh dengan logam. Untuk mengurangi biaya produksi, perancangan alat
penukar kalor terlebih dahulu sangatlah efektif dari pada langsung membeli alat
penukar kalor yang sudah jadi.
Salah satu tipe dari
alat penukar kalor yang paling banyak digunakan adalah Shell and Tube Heat
Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian
luar dan sejumlah tube di bagian dalam, di mana temperatur fluida di
dalam tube berbeda dengan di luar tube (di dalam shell)
sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan
di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube
disebut tube side dan yang di luar disebut shell side.
LANDASAN
TEORI
ALAT PENUKAR KALOR
Alat penukar kalor adalah suatu alat
yang dapat memberikan fasilitas perpindahan panas dari satu fluida ke fluida
lain yang berbeda temperaturnya, serta menjaga agar kedua fluida tersebut tidak
bercampur.
Proses
perpindahan panas yang paling sederhana adalah proses yang terjadi dimana
fluida yang panas dan fluida yang dingin secara langsung. Dengan sistem
demikian kedua fluida akan mencapai temperatur yang sama, dan jumlah panas yang
berpindah dapat diperkirakan dengan mempersamakan kerugian energi dari fluida
yang lebih panas dengan perolehan energi yang lebih dingin.
ALAT
PENUKAR KALOR SHELL & TUBE
Heat
exchanger tipe shell
& tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe ini melibatkan
tube sebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam tube,
sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube
didesain berada di dalam sebuah ruang berbentuk silinder yang disebut dengan shell,
sedemikian rupa sehingga pipa-pipa tube tersebut berada sejajar dengan
sumbu shell.
METODOLOGI PENELITIAN PERANCANGAN DAN ANALISA HEAT EXCHANGER SHELL
& TUBE
Proses yang dilakukan oleh penyusun untuk
menganalisa alat penukar kalor jenis shell and tube sampai didapatkan hasil
analisa yang akurat mengenai kondisi kerja alat penukar kalor dengan melihat
pada keefektifan dari alat penukar kalor tersebut dapat melihat pemecahan
masalah, berikut langkah-langkah yang dilakukan :
1.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka
dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari referensi teks, jurnal, paper,
serta literatur lain yang terkait dengan penelitian.
2.
Pemodelan Desain Heat Exchanger
Tahapan ini adalah
membuat rancangan heat exchanger mulai dari jenis material dan dimensi
menggunakan software Solidwork.
3.
Simulasi dan Analisis Desain Heat
Exchanger
Simulasi dan analisis
desain mobil listrik menggunakan flow simulation pada Software Solidwork.
4. Analisis
Hasil Simulasi
Hasil analisa pengujian diperoleh berupa perubahan suhu sebelum dan
sesudah fluida panas dan dingin masuk ketabung heat exchanger.
ANALISA
HEAT EXCHANGER SHELL & TUBE
Pada
pembahasan kali ini, kita akan membahasan mengenai simulasi pengujian aliran
fluida pada heat exchanger shell & tube menggunakan aplikasi solidwork.
Gambar dibawah merupakan bentuk desain heat exchanger shell & tube dengan
material stainless steel yang akan dialiri fluida cair panas dengan suhu 105oC
dengan fluida cair pendingin 8oC pada tipe aliran counter flow.
PEMBUATAN
DESAIN HEAT EXCHANGER SHELL & TUBE
Hal yang perlu dilakukan pertama kali
sebelum melakukan proses simulasi adalah membuat model tabung heat exchanger
shell & tube. Dalam hal ini model yang dibuat adalah berupa model volume.
Asumsi penyederhanaan model yang dilakukan adalah dengan menganggap ketebalan
pipa diabaikan. Dalam pembuatan model menggunakan SolidWork sebagai
pembuat model. Dan model yang akan disimulasikan pada gambar dibawah ini :
MENENTUKAN KONDISI FISIK MODEL
Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah penentuan kondisi
fisik dari model yaitu penentuan model penyelesaian, fluida yang dipakai dan
kondisi operasi. Penentuan model penyelesaian dibagi menjadi dua yaitu model
penyelesaian analisis tipe Internal flow dan External flow dan
dalam hal ini analisis Internal flow merupakan pilihan yang tepat dalam
menganalisis faktor gesek pada pipa heat exchanger. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara Pada
Pengaturan Wizard Analysis Type, klik Internal untuk pengujian aliran pada bagian
dalam pada kolom Analysis Type. Pada kolom Physical Features klik Heat
Conduction In Solid. Setelah selesai klik next. Dibawah ini adalah gambar dialog box dalam pemilihan tipe
analisis untuk menentukan model penyelesaian.
Pemilihan jenis fluida merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menentukan hasil analisa yang akan diperoleh,
dimana fluida ini terdiri dari fluida Newtonian, Non-newtonian dan Gas. Dan
dalam analisis ini fluida yang dipakai adalah fluida Newtonian air ( water).
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara Pada pengaturan Wizard Default Fluid, pilih jenis fluida yang
akan digunakan. Pada simulasi kali ini kita akan menggunakan fluida Water. Klik
fluida water pada kolom Fluids lalu klik Add. Pada Flow Type pilih jenis aliran
Laminar Only. Setelah selesai klik next. Dibawah ini adalah gambar dialog box dalam pemilihan tipe
analisis untuk menentukan model penyelesaian.
Menentukan kondisi operasi dalam melakukan analisis adalah suatu
hal yang harus dilakukan peneliti dalam menentukan besarnya nilai Pressure,
Temperature dan velocity yang di berikan dalam melakukan proses simulasi.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara Pada
pengaturan Wizard Initial Conditions, Masukkan Temperature fluida sebesar 30oC.
Setelah selesai klik next. Dibawah ini adalah
gambar dialog box dalam pemilihan tipe analisis untuk menentukan model
penyelesaian.
PROSES MESHING
Meshing adalah
proses dimana geometri secara keseluruhan dibagi-bagi dalam elemen-elemen
kecil. Elemen-elemen kecil ini nantinya berperan sebagai kontrol surface atau
volume data perhitungan yang kemudian tiap-tiap elemen ini akan menjadi input
untuk elemen disebelahnya. Hal ini akan terjadi berulang-ulang hingga domain
terpenuhi. Dalam meshing elemen-elemen yang akan dipilih disesuaikan dengan
kebutuhan dan bentuk geometri. Aplikasi meshing yang dipakai adalah Result
and Geometry Resolution, Setelah geometri berhasil di input selanjutnya
adalah proses meshing. Dalam penelitian ini semua konfigurasi tipe elemen di
simulasi menggunakan elemen hybrid atau tetrahedron interval Result resolution
sebesar 3 dan besarnya minimum gap size box sebesar 0.3322m. Dibawah ini adalah
proses pembuatan meshing pipa melalui Result and Geometry Resolution dan gambar
hasil meshing :
Pada pengaturan Wizard Result and
Geometry Resolution, pastikan besar Result Resolution berada pada angka 3.
Setelah selesai klik finish.
PROSES INPUT DAN OUTPUT FLUIDA
Langkah 1 yaitu menentukan posisi fluida
pendingin mengalir masuk pada pipa. Klik kanan pada Computation Domain lalu
pilih Insert Fluid Subdomain.
Pada pengaturan Fluid Subdomain,
klik sisi bagian dalam lubang pipa sebagai awal fluida pandingin masuk ke pipa.
Setelah selesai klik ok atau tanda ceklis.
Langkah 2 yaitu
menentukan posisi fluida panas mengalir masuk pada pipa. Klik kanan pada
Computation Domain lalu pilih Insert Fluid Subdomain.
Pada pengaturan Fluid Subdomain,
klik sisi bagian dalam lubang pipa sebagai awal fluida panas masuk ke pipa.
Setelah selesai klik ok atau tanda ceklis.
Langkah 3, klik
kanan pada Solid Material lalu pilih Insert Material From Model.
Pada pengaturan Insert Material
From Model pilih stainless steel lalu klik OK.
Langkah 4 yaitu
menetukan temperatur fluida pendingin masuk pada pipa heat exchanger. Klik
kanan pada Boundary Condition lalu klik Insert Boundary Condition.
Pada pengaturan Boundary Condition,
klik sisi bagian dalam lubang pipa sebagai awal fluida pendingin masuk ke pipa heat exchanger. Pada kolom Type
pilih Inlet Mass Flow. Pada kolom Flow Parameters masukan nilai ṁ sebesar 0.5 kg/s. Pada
kolomThermodynamic Parameters masukan suhu fluida pendingin sebesar 8oc.
Setelah selesai klik ok atau tanda ceklis.
Langkah 5 yaitu
menetukan temperatur fluida pendingin keluar pada pipa heat exchanger. Klik
kanan pada Boundary Condition lalu klik Insert Boundary Condition. Untuk
mengatur tempat keluar fluida pada pipa. Klik kanan pada Boundary Condition
lalu klik Insert Boundary Condition. Pada pengaturan Boundary Condition, klik
sisi bagian dalam lubang pipa sebagai tempat keluar fluida keluar dari pipa.
Pada kolom Type klik icon Pressure Opening dan pilih Environment Pressure.
Setelah selesai klik Ok atau tanda ceklis.
Langkah 6 yaitu
menetukan temperatur fluida panas masuk pada pipa heat exchanger. Klik kanan
pada Boundary Condition lalu klik Insert Boundary Condition. Pada pengaturan
Boundary Condition, klik sisi bagian dalam lubang pipa sebagai awal fluida
panas masuk ke pipa heat exchanger. Pada
kolom Type pilih Inlet Mass Flow. Pada kolom Flow Parameters masukan nilai ṁ sebesar 0.2 kg/s. Pada
kolomThermodynamic Parameters masukan suhu fluida panas sebesar 105oc.
Setelah selesai klik ok atau tanda ceklis.
Langkah 7 yaitu
menetukan temperatur fluida pendingin keluar pada pipa heat exchanger. Klik
kanan pada Boundary Condition lalu klik Insert Boundary Condition. Untuk
mengatur tempat keluar fluida pada pipa. Klik kanan pada Boundary Condition
lalu klik Insert Boundary Condition. Pada pengaturan Boundary Condition, klik
sisi bagian dalam lubang pipa sebagai tempat keluar fluida keluar dari pipa.
Pada kolom Type klik icon Pressure Opening dan pilih Environment Pressure.
Setelah selesai klik Ok atau tanda ceklis.
Setelah semua langkah-langkah dilakukan, langkah
terakhir adalah menjalankan proses simulasi dengan cara klik icon RUN pada toolbar flow simulation. Tunggu
beberapa saat sampai proses run selesai.
PROSES ANALISA
Setelah dilakukan simulasi
maka akan diperoleh hasil pengujian berupa perubahan suhu yang dapat ditunjukan
dengan perbedaan warna.
ANALISA
TEMPERATURE
Pada hasil
Analysis aliran pada heat exchanger kita dapat mengetahui besarnya pertukaran
suhu pada fluida berdasarkan warna dan besarannya. Dari hasil analisis
tersebut, diketahui bahwa suhu fluida pendingin ketika masuk kedalam heat
exchanger sebesar 8oc dan ketika keluar dari heat exchanger terjadi
peningkatan suhu sebesar 10.78oc sehingga suhu menjadi 18.78oc.
Sementara fluida panas ketika masuk kedalam heat exchanger sebesar 105oc
dan ketika keluar dari heat exchanger terjadi penurunan suhu sebesar 43.11oc
sehingga suhu menjadi 61.89oc.
ANALISA
TEMPERATURE BERDASARKAN HUBUNGAN DESIGN
Heat exchanger
tipe shell & tube melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu
fluida panas mengalir di dalam tube, sedangkan fluida pendingin mengalir di
luar tube dengan bentuk aliran fluida didalam heat exchanger secara berkelok
sehingga membuat alur pendinginan lebih lama sehingga proses pertukaran suhu
dapat menjadi maksimal. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam sebuah ruang
berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga
pipa-pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.
ANALISA
TEMPERATURE BERDASARKAN MATERIAL DAN INPUT DATA
Pada pengujian
kali ini, kita menggunakan jenis material stainless stell dengan konduktivitas
termal sebesar 22.5 W/mK. Konduktivitas termal dibentuk dengan variasi
temperature. Pada konduktor, konduktivitas termal menurun dengan temperature
disebabkan impedansi ke aliran.
electron dari densitas electron yang
lebih tinggi. Untuk input data pada pengujian, menggunakan jenis aliran contra
flow. Pada tipe ini masih mungkin terjadi bahwa temperatur fluida yang menerima
panas (temperatur fluida dingin) saat keluar penukar kalor (T4) lebih tinggi
dibanding temperatur fluida yang memberikan kalor (temperatur fluida panas)
saat meninggalkan penukar kalor
DAFTAR
PUSTAKA
Ramesh K Shah, Dosan P Sekulic, Fundamentals Of Heat Exchanger Design, John Wiley & Sons:
Canada, 2003.
I Bizzy, R Setiadi, Studi
Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube Dengan Program Heat Transfer
Research Inc, Universitas Sriwijaya.
Cahya Sutowo, Analisa Heat Exchanger Jenis
Sheel And Tube Dengan Sistem Single Pass. Universitas Muhammadiyah: Jakarta.
Ahmad Indra , Ridwan , Yugo
Kuswantoro ,Analisis
Pengaruh Faktor Gesek Terhadap Pressure Drop Pada Pipa Baja Bergelombang Dengan
Computational Fluid Dynamics ( Cfd ), Universitas Gunadarma: Jakarta.